Senin, 09 Januari 2012

makalah pengantar sastra

MAKALAH PENGANTAR SASTRA

UNSUR INTRINSIK dan ALIRAN SASTRA

DALAM CERPEN “JALAN ASMARADANA” KARYA KUNTOWIJOYO

Disusun sebagai pengganti UTS Mata Kuliah Pengantar Sastra

Oleh:

INDAH YULIANI

115110700111022

Dosen Pengampu:

MAULFI SYAIFUL RIZAL, S.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG



2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Pengantar Sastra, mengenai Unsur Intrinsik dan Aliran Sastra yang dianut di dalam cerpen yang berjudul “Jalan Asmaradana” karya Kuntowijoyo tepat pada waktunya.

Unsur-Insur Intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.. Cerpen merupakan rangkuman peristiwa sosial yang tertuang dalam kalimat-kalimat melalui cerita pendek, pembaca dapat disadarkan pada beberapa persoalan sosial yang menjadi isu hangat dalam masyarakat. Serta Aliran yang dianut penulis dalam cerpen ini yang menganut aliran realisme dimana aliran tersebut melukiskan kenyataan seperti apa adanya dan pengarang bersikap seobjektif mungkin.

Dalam menyelesaikan Makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan kurangnya wawasan dan bahan pembahasan yang terkait. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Maulfi Syaiful Rizal, S, Pd selaku dosen pembimbing.

2. Orang tua yang turut membantu, mendoakan, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga Makalah ini bias terselesaikan.

3. Kawan- kawan seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehngga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Malang, 7 November 2011

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Unsur Intrinsik …………………………………………1

2. Unsur-unsur Intrinsik………………………………………………1

a. Tema ……………………………………………………………1

b. Alur ……………………………………………………………..2

c. Tokoh/ Peniokohan……………………………………………...2

d. Latar/ Setting……………………………………………………4

e. Sudut Pandang………………………………………………….5

f. Amanat………………………………………………………….6

3. Aliran Sastra………………………………………………………...6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………….9

B. SARAN…………………………………………………………….9

DAFTAR RUJUKAN

iii


Unsur Intrinsik dan Aliran Sastra

Dalam Cerpen “Jalan Asmaradana” karya Kuntowijo

  1. PENDAHULUAN

Sastra merupakan pengungkapan baku tentang kejadian yang telah disaksikan orang dalam kehidupan nyatanya, kejadian yang disaksikan orang tentang kehidupannya, kejadian yang direnungkan dan dirasakan orang-orang mengenai kejadian segi-segi kehidupan yang paling menarik dan kuat. Pada hakikatnya pengungkapan kehidupan lewat bahasa (Hardjaja, 1994:10). Dari pengertian tersebut, bahasa merupakan media implementasi kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata, nbaik pikiran, ide, maupun perasaan yang dijadikan latar belakang dalam pembuatan karya sastra itu sendiri.

Faruk mengungkapkan sastra ialah segala hasil aktivitas bahasa bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar didalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan. Jadi sastra merupakan gambaran imajinaif dari kehidupan yang dituangkan dalam sastra.

Salah satu karya sastra yang imajinatif dan berasal dari pengalaman kehidupan nyata maupun karangan yang dituang dalam tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa khas sastra adalah cerita pendek yang orang sering menyebut dengan “cerpen” merupakan rangkuman peristiwa sosial yang tertuang dalam kalimat-kalimat melalui cerita pendek, pembaca dapat disadarkan pada beberapa persoalan sosial yang menjadi isu hangat dalam masyarakat. Banyak media ternama di Indonesia yang memberikan apresiasi bagi para penulis untuk mengekspresikan gagasannya dalam bentuk cerpen.

Dalam sebuah cerpen di dalamnya mengandung unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya pengkajian fiksi unsur-unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik inilah yang yang menyebabkan satra hadir sebagai karya sastra. Unsur – unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya satra.

Dalam dunia Kesusasteraan ada banyak gerakan dan aliran yang berkembang didalamnya. Baik sebagai hasil dari saripati yang diperas dari karakteristik karya yang berkembang maupun sebagai karakter yang sengaja dimunculkan dalam sebuah karya satra sebagai pengokoh keberadaan atau aliran kesusasteraan tertentu.

Karya satra sebagai karya seni tidak akan terlepes dari pengaruh aliaran yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut. Hal ini disadari atau tidak oleh pengarangnya, pengaruh aliran tersebut dapat dianalisis dalam karya satra yang ditulisnya. Menurut Korrie Layun Rampan, aliran satra dapat diartikan sebagai hasil ekspresi para satrawan yang meyakini bahwa jenis satra yang mereka ciptakan itulah hasil satra yang paling cocok untuk zamannya.

Karya satra yang baik selalu mengajak pembaca untu menjunjung tinggi norma-norma dan moral. Melalui karya satra seorang pengarang mampu menyisipkan nilai-nilai moral yang tidak bersifat menggurui atau memberatkan sehingga pesan-pesan moral itu dapat ditangkap peminat sastra yang baik.

Makalah ini akan membahas Unsur-Unsur Intrinsik Dan Aliran Sastra dalam cerpen “Jalan Asmaradana” Karya Kuntowijoyo. Cerpen ini adalah cerpen unik, lugas dengan jalinan kisah yang mengalir lancar. Maka pantaslah jika akhirnya dinobatkan menjadi Cerpen Terbaik Pilihan Kompas Tahun 2005. Didalam cerpen ini kita akan dibuat takjub, geli, sekaligus mengelus dada terhadap fragmen-fragmen kehidupan yang sarat nilai moral. Saling berkaitan membentuk satu lingkaran hubungan manusia dengan dirinya, dengan lingkungan sosial, dan juga dengan Tuhan. Pembahasan mengenai unsur intrinsik yang terdiri dari Tema, Alur, Lattar atau Setting, Penokohan, Amanat, dan Sudut pandang serta aliran yang dianut dalam cerpen “Jalan Asmaradana” adalah aliran Realisme dimana aliran yang berdasarkan atau melukiskan kenyataan seperti apa adanya. Jalan Asmaradana adalah sebuah cerpen yang menceritakan seorang yang bergelar doktor berijazah luar negeri yang menjabat sebagai seorang RT, dan sebagai test-case yang pertama yaitu menangani perkara Pak Dwiyatmo dan Said Tuasikal. Mereka tinggal satu kopel, didinding dari asbes menyekat RS mereka yang masih asli itu. Permasalahan muncul karena keluhan Said Tuasikal terhadap Dwiyatmo yang dianggap mengganggu kenyamanan hidupnya sebagai penganti baru. Itulah sekilas cerita tentang cerpen Jalan Asmaradana Karya Kuntowijoyo.



  1. PEMBAHASAN

Cerpen “Jalan Asmaradana” dalam makalah ini dibahas mengena unsur intrinsik dan aliran sastra yang dianut dalam cerpen ini. Unsur intrinsik sendiri dalam pembahasannya dibagi menjadi enam, diantaranya Tema, Alur cerita, Penokohan, Latar atau Setting, Sudut pandang dan Amanat. Dan aliran Realisme yang merupakan aliran yang dianut oleh cerpen ini.

1. Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerpen dalam cerita itu sendiri. Menurut Nurgiantoro dalam bukunya “Penkajian Prosa Fiksi” unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra . unsur-unsur yang faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Dalam sebuah karya sastra, unsur intrinsik merupakan tiangnya karena unsur intrinsiklah yang akan membawa jalannya cerita bagaimana Alur, Lattar atau Setting, Penokohan, Tema, Amanat, dan Sudut pandang yang akan membawa sebuah cerita menjadi cerita yang menarik, dan nikmat untuk dibaca.

  1. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dalam cerita ini penulis menceritakan sosok aku sebagai tokoh utama menjadi seorang Pak RT yang gagal mendamaikan warganya yang berseteru padahal dia adalah seorang yang berijazah doktor luar negeri. Sehingga cerpen ini bertemakan “Kegagalan dan Penyesalan, tercermin pada kutipan kalimat dibawah ini :

…..”walhasil, saya gagal jadi seorang RT, gagal mendamaikan Pak Dwiyatmo dan Said, saya doktor Ilmu Politik berijazah luar negeri! Entah apa yang akan saya katakan pada Said kalau kebetulan ketemu dikampus”………(hal 4)

………………“Saya merasa bodoh, sangat bodoh” (hal 4)

Dari kutipan kalimat diatas tampak pengakuan sekaligus penyesalan Pak RT (tokoh aku) dalam memahami dan mendamaikan warganya sendiri yang berseteru. Pak RT menyesal padahal ia sering keluar negeri tapi untuk mendamaikan warganya sendiri tidak bisa.

  1. Alur Cerita

Alur Cerita ialah peristiwa yang jalin memjalin berdasar atas urutan tertentu. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, secara kausalitas membentuk satu kesatuan yang utuh dalam suatu cerpen atau prosa fiksi. Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab –akibat . alur cerita dalam cerpen ini adalah maju (Progresif). Tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:

…..”seminggu kemudian Pak Dwiyatmo berdua pulang”………(hal 4)

……”seminggu kemudian said datang kerumah”…(hal 4)

Kutipan kalimat diatas mewakili cerpen tersebut menggunakan alur maju (Progresif).

  1. Tokoh dan Penokohan

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan . sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Dalam cerpen ini banyak tokoh yang berperan di dalamnya, diantaranya akan dijelaskan dibawah ini:

1. Aku : Jujur, bertanggung jawab, kurang disiplin. Tampak pada kutipan kalimat di bawah ini:

………”saya mencoba menyarankan said untuk melapisi dinding-dinding dengan gypsum yang kedap suara”…… (hal 4)

Dari kutipan kalimat di atas dapat dilihat bentuk pertanggung jawaban seorang Pak RT terhadap warganya.

2. Nurhasan: Berprasangka buruk, suka mengolok-olok dan memandang remeh orang lain. Seperti contoh kutipan kalimat Nurhasan di bawah ini:

kok dari asbes, mereka ingin semua penghuni Perumnas meninggal”…(hal 1)

Dari kutipan diatas terlihat kalau tokoh Nurhasan suka menyindir orang lain.

3. Kaelani: Suka meremehkan, suka menggampangkan persoalan, egois.

“ …pemborng itu harus jadi pembohong”.(hal 1)

4. Pak Dwiyatmo: Misterius dan tidak ikhlas, suka membuat kegaduhan, tertutup, pendiam, sulit ditebak. Terlihat dalam kutipan dibawah ini:

…”larut malam malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan, atau apa begiti, thok-thok-thok”….(hal 2)

5.Pak Trono : Tidak bertanggung jawab.

6.Ibu Pertiwi : Bertanggung jawab, setia.

7. Said Tuasikal: tidak sabar, mudah emosi dan suka berprasangka buruk pada orang lain. Tampak seperti kutipan kalimat dibawah ini:

…” Bapak. Suara-suara itu sungguh mengganggu!”……………(hal 2)

8. Istri Said: rendah hati dan baik hati, terlihat dalam kutipan kalimat di bawah ini:

….“maaf, kalau kata-kata suami saya menyinggung bapak”….(hal 4)

..”orang sebelah itu pasti punya kelainan pak” oh ya. Bapak”….(hal 2)

Dari kutipan kalimat diatas trlihat istri Said sabar dan baik hati.

9. Isteri Pak Dwiyatmo: Pengertian penyayang, setia.

Dari keseluruhan tokoh yang telah disebutkan di atas tokoh Aku adalah sosok yang menjadi tokoh utama dalam cerpen tersebut, ia menjadi tokoh yang sangat bersahaja dalam pandangan masyarakat, memiliki nilai moral dan kejujuran yang tulus dari dalam dirinya. Tapi dia gagal dalam mendamaikan warganya sendiri yang berseteru karena belum mampu membina disiplin pribadinya.

  1. Latar atau Setting

Adalah sebuah cerita yang pada hakikatnya ialah peristiwa yang menimpa bebrapa orang tokoh pada sewaktu-waktu dan tempat tertentu. Menurut Najdid (2003:05) latar ialah penempatan waktu dan tempat bersama lingkungannya dalam prosa fiksi. Menurut nurgiantoro (2004: 227-233) unsur latar dapat dibedakan kedalam unsur tiga pokok, antara lain sebagai berikut:

1. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Cerpen ini berlokasi di sebuah daerah, tepatnya di Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana, di Perumnas, di Sungai, di Kamar, di Kantor, di Halaman, dan di Sarangan. Ini terlihat dari contoh kutipan kalimat di bawah ini:

“….saya tinggal di Perumnas, bagian perumahan Dosen”.(hal 1)

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” jadinya peristiwa yang di ceritakan. Cerpen ini banyak menceritakan pada siang hari, malam hari, hari minggu pagi-pagi sekali, yang tampak pada contoh kutipan kalimat dibawah ini:

……….” Siang hari Pak Dwiyatmo menggergaji keranda itu”.(hal 4)

3. Latar Sosial

Perilaku masyarakat maupun persoalan yang yang terjadi di dalamnya yang mebutuhkan sosog pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan meninggikan nilai-nilai moral membuat peran Pak RT sangat vital didalam sebuah masyarakat. Mereka menuangkan kekecewaan, keluhan-keluhan maupun meminta solusi-solusi dari masalah yang mereka hadapi. Hadirnya tokoh Pak RT doktor berijazah luarnegeri yang harus menangani perkara warganya antara Pak Dwiyatmo dengan Said Tuasikal. Dimana said melaporkan Pak Dwiyatmo yang sering membuat kegaduhan dalam rumahnya pada malam hari. Sehingga mengganggu dirinya yang sedang menikmati masa bulan madu bersama isteri yang baru dinikahinya. Tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:

……….” Singkatnya pak dwiyatmo dianggap membuat bising, sebab larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok.(hal 2)

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Dwiyatmo adalah orang yang suka membuat kegaduhan pada malam hari. Dan yang paling merasakna kegaduhan itu adalah Said dan istrinya yang sedang berbulan madu.

  1. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam cerpen ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama. Tercermin pada kutipan kalimat dibawah ini:

…”saya menghubungi pasca sarjana UGM dan mendapat alamat said”….(hal 3)

Pada kata “saya” digambarkan dengan jelas kalau penulis cerpen ini menggunakan sudut pandang pertama sebagai tokoh utama.

  1. Amanat

Amanat yaitu pesan yang disampaikan pengarang melalui karya atau ceritanya, amanat dapat disampaikan secara langsung (tertulis),tidak langsung (tersirat), dan melalui dialog antar tokoh dalam cerita. Amanat dalam cerpen ini tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:

………”saya juga gagal memahami Pak Dwiyatmo, saya sudah pergi ke empat benua untuk belajar riset, seminar, dan mengajar. Tetapi, bahkan tentang tetangga saya, Pak Dwiyato, saya tidak tau apa-apa. Pak Dwiyatmo, Pak Dwiyatmo. Manusia itu misteri bagi orang lain. Tiba-tiba saya merasa bodoh”……(hal 4)

Dari kutipan kalimat diatas terlihat dengan jelas amanat dari cerpen ini yang dapat diambil sebagai contok nilai moral kepada diri pribadi, ketua RT mau dan mampu menginstropeksi kedalam diri pribadinya. Instropeksi ini merupakan sarana pembelajaran dalam diri seseorang dan akan membawa perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Aliran Sastra

Dalam dunia kesusasteraan ada banyak gerakan dan aliran yang berkembang didalamnya. Baik sebagai hasil dari saripati yang diperas dari karakteristik karya yang berkembang maupun sebagai karakter yang sengaja dimunculkan dalam sebuah karya sastra sebagai pengokoh keberadaan sebuah gerakan atau aliran kesusasteraan tertentu.

Aliran sastra merupakan paham yang dianut oleh sastrawan dalam mengekspresikan diri untuk menghasilkan satra. Aliran yang dianut dalam cerpen ini adalah aliran Realisme Adalah aliran dalam karya sastra yang berusaha melukiskan suatu objek seperti apa adanya Pengarang berperan secara objektif. Dalam keobjektifanlah ia melihat keindahan objek yang dibidiknya dan dihasilkan di dalam karya sastra. Pengarang tidak memasukkan ide, pikiran, tanggapan dalam menghadapi objeknya.

Gustaf Flaubert seorang pengarang realisme Perancis mengemukakan bahwa objektivitas pengarang sangat diperlukan dalam menghasilkan karyanya. Objek yang dibidik pengarang sebagai objek ceritanya tidak hanya manusia dengan beragam karakternya, ia juga dapat berupa binatang, alam, tumbuh-tumbuhan, dan objek lainnya yang berkesan bagi pengarang sebagai sumber inspirasinya.

Beberapa kutipan kalimat dibawah ini akan menunjukkan Aliran Realisme dalam cerpen “Jalan Asmaradana”:

……memang, para tetangga bilang kalau ada yang aneh pada pak dwiyatmo setelah isterinya meninggal. Dia yang dulu rajin, tidak lagi ke Masjid. Sebagian orang Masjid mengatakan ia tidak qana-ah, artinya tidak ikhlas menerima takdir Tuhan, itu sebabnya ia protes kepada-Nya ……(hal 2)

………...singkatnya, Pak Dwiyatmo dianggap membuat bising. Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu thok,thok,thok.

………..paling mudah ialah mendatangi Said, “Mas Said, di Jawa ini orang perlu hidup rukun. Pandai menyesuaikan diri seperti kalian berdua. “ajur-ajer”

Dari kutipan kalimat di atas dapat dilihat kalau dalam cerpen ini menceritakan kehidupan warga Jalan Asmaradana yang sedang menyelesaikan perkara dua orang anggota mereka. Dalam cerpen ini diceritakan nampak sama dengan kejadian nyata yang terjadi di dalam kehidupan dan pengarang yang berperan sebagai tokoh aku sebagai tokoh utama berperan seobjektif mungkin di dalam cerpennya tersebut.

  1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap Unsur Intrinsik dalam Cerpen “Jalan Asmaradana” serta aliran sastra yang dianut didalamnya. Dapat disimpulkan bahwa Unsur Intrinsik menjadi unsur yang sangat membentuk cerita dalam cerpen ini, sehingga pesan-pesan nilai moral yang saling berhubungan membentuk satu lingkaran hubungan antara manusia dengan diri pribadi, dengan lingkungan sosial dan juga tuhan dapat sampai pada para pembaca. Terutama Realisme sebagai aliran yang dianut yang membuat cerita menjadi seperti apa adanya dan keobjektifannya menjadikan cerita dalam cepen ini semakin menarik.

  1. SARAN

Mengkaji dan menganalisis cerpen-cerpen baik dari segi unsur yang membangun maupun Aliran yang dianut di dalamnya sangat bermanfaat untuk berlatih dan menambah pengetahuan. Serta kita lebih bisa mendalami sebuah karya sastra dan menangkap pesan-pesan yang yang ada dalam sebuah cerpen.

DAFTAR RUJUKAN

Maesroh, S. S. 2010. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 12. Surabaya: CV. Shidunata.

Teeu, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Kompas. 2004. Cerpen Kompas, (Online), (https://cerpenkompas.wordpress.com/2004/04/04-jalan-asmaradana/) diakses pada 29 Oktober 2011.

Sukmawati, A. 2011. Lingkaran Moral Dalam Cerpen Kuntowijoyo, (Online), (https://warugfiksi.net/lingkaran -moral-dalam-cerpen-kuntowijoyo/) diakses pada 29 oktober 2011.

Joko, L. 2011. Unsur Intrinsik Cerpen, (online), (http://lilikjoko.wordpress.com/unsur-intrinsik-cerpen/) diakses pada 5 November 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar